• 17 June 2022
  • Strategi

Panduan Strategi Trading Trend Following

Apa Itu dan Bagaimana Cara Membuat Strategi Trend Following?

Jika Anda terbiasa dengan trading, Anda pasti tahu tentang tren. Tren menunjukkan arah pergerakan harga. Harga dapat bergerak naik, turun, atau horizontal. Jika trader memahami cara mengidentifikasi tren, kemungkinan besar trader tidak akan kesulitan saat membuka posisi. Trader perlu memiliki strategi yang jelas dalam mengikuti tren untuk meningkatkan peluang keberhasilan trading. Artikel ini akan membahas tip trading tren yang paling populer serta beberapa strategi trend following yang paling menarik dan sederhana.

Apa itu strategi trend following?

Untuk membangun strategi trading tren yang efektif, Anda perlu mengetahui cara trading dengan tren. Konsep tren dalam trading forex banyak digunakan oleh trader yang ingin memanfaatkan arah pergerakan harga dalam jangka panjang. Saat ada tren di pasar, trader perlu berhati-hati dan memperhatikan tanda-tanda pembalikan arah yang akan datang karena hal ini dapat mengacaukan rencana trading. Salah satu trader tren terhebat sepanjang masa adalah George Soros, yang berhasil memprediksi perubahan sentimen pasar berkali-kali berkat strategi trend following.

Kelebihan dari strategi trend following

Trading dengan trend following memiliki banyak keunggulan dibanding metode trading lainnya. Apa saja kelebihan utama dari strategi ini?

  • Menghasilkan potensi keuntungan lebih besar. Dengan mengikuti tren, Anda dapat mempertahankan posisi yang menguntungkan selama mungkin, sehingga memaksimalkan hasil trading. Trader tren dapat meningkatkan rasio risk-reward dari 1:3 menjadi 1:4 atau bahkan lebih, tergantung pada kekuatan tren.

  • Memiliki biaya transaksi lebih rendah. Berbeda dengan scalping, trading tren tidak memerlukan membuka puluhan transaksi. Ini berarti Anda dapat menghemat biaya karena tidak perlu membayar komisi dan spread untuk banyak transaksi.

  • Menghemat waktu. Secara umum, trader hanya memerlukan 1-2 jam untuk memantau grafik dan memeriksa portofolio trading ketika trading dengan tren. Jika tren kuat, trade bisa berjalan selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu. Artinya, Anda punya lebih banyak waktu untuk melakukan hal lain.

Buka akun demo

Apakah mengikuti tren dalam trading saham efektif?

Baik Anda trading di pasar saham, komoditas, atau forex, strategi berbasis tren membutuhkan aturan yang sama dalam analisis teknis. Tren dapat ditemukan di berbagai grafik, sehingga Anda dapat mencoba strategi trend following pada instrumen apa pun yang Anda pilih.

Siapa saja trader tren yang terkenal?

Trader tren yang sukses dapat menghasilkan miliaran dolar dengan keterampilan, taktik, dan pengetahuan tentang struktur pasar. Kami sebelumnya telah menyebutkan George Soros sebagai salah satu tokoh dalam trend following. Namun, masih ada banyak tokoh lain yang patut disebutkan.

Salah satu trader tren ternama adalah Ed Seykota. Dia adalah salah satu trader yang diwawancarai dalam buku "Market Wizards" oleh Jack Schwager. Dengan modal awal hanya $5.000, dia berhasil mengubahnya menjadi $15 juta dalam 12 tahun.

Tokoh legenda lain dalam dunia trend trading adalah David Harding, CEO Winton Capital. Reksa dana berbasis trend following yang dikelolanya mencapai nilai lebih dari $30 miliar.

Terakhir, Anda mungkin pernah mendengar tentang sosok dalam buku "Reminiscences of a Stock Operator", Jesse Livermore. Beberapa trader menyebutnya sebagai pelopor metode trend following. Pada tahun 1929, dia memiliki kekayaan sebesar $100 juta. Jika disesuaikan inflasi, nilainya saat ini sekitar $1,5 miliar. Pemahaman pasarnya begitu luar biasa hingga masih menginspirasi trader hingga saat ini.

Inilah beberapa trader trend following paling dikenal yang berhasil mengubah keahlian mereka menjadi kekayaan. Mungkin saja Anda dapat menjadi yang berikutnya!

Bagaimana cara membangun strategi trend following?

Langkah pertama dalam membangun strategi tren following adalah Anda perlu mengidentifikasi tren. Ini dapat dilakukan secara manual atau dengan bantuan indikator.

Trader berpengalaman dapat mengenali tren dalam sekejap mata. Cara termudah adalah dengan menghubungkan titik tertinggi dan terendah pada grafik. Anda perlu menghubungkan setidaknya dua titik. Jika harga membentuk higher highs dan higher lows, itu menunjukkan tren naik. Sebaliknya, jika harga membentuk lower lows dan lower highs, ini menunjukkan tekanan jual yang kemungkinan besar akan memulai tren turun.

Pada gambar di atas, kita dapat mengidentifikasi tren turun yang jelas setelah menghubungkan highs dan lows pada grafik harian EURUSD. Harga membentuk lower lows dan lower highs. Selain itu, harga bergerak dalam pola yang dikenal sebagai descending channel. Harga bergerak di antara dua garis diagonal yang membatasi pergerakan harga dari atas maupun bawah tanpa adanya breakout. Harga telah bergerak dalam saluran ini selama hampir sembilan bulan. Dengan demikian, ini menunjukkan tren turun yang kuat.

Trading tren dengan moving average

Sebagian besar trader tren lebih memilih membangun sistem trend following daripada hanya mengandalkan grafik harga mentah. Persiapan (setup) kompleks ini melibatkan penerapan indikator teknis pada grafik. Ada beberapa indikator trend following yang dapat membantu Anda. Indikator paling populer adalah moving average. Ada berbagai jenis moving average: simple, exponential, linear weighted, dan smoothed. Masing-masing memiliki perhitungan matematis yang berbeda.

Simple moving average (SMA) adalah jenis moving average yang paling populer. Indikator ini menunjukkan rata-rata harga dalam periode tertentu.

Exponential moving average (EMA) dan linear weighted moving average (LWMA) memberikan bobot lebih tinggi pada harga terbaru. Keduanya cenderung menghasilkan sinyal yang lebih cepat. Namun, keduanya mungkin memberikan informasi yang bersifat lagging, jadi gunakan dengan hati-hati!

Smoothed moving average (SMMA) didasarkan pada SMA. Namun, ini lebih menghaluskan pergerakan harga dari fluktuasi kecil.

Moving average paling efektif untuk mengidentifikasi tren adalah SMA dan SMMA. Trader dapat menetapkan periode MA yang berbeda dalam analisis tren. Biasanya, trader menggunakan SMA 200, yang menunjukkan bias arah pasar.

Strategi trading tren dengan SMA 200 cukup mudah ditafsirkan. Jika harga bergerak di atas moving average, ini menunjukkan momentum naik. Dalam hal ini, Anda dapat mengambil posisi beli. Sebaliknya, jika harga turun di bawah SMA 200, kemungkinan besar pasar sedang dalam tren turun.

Pada grafik harian EURUSD di atas, Anda dapat melihat bahwa harga membentuk higher highs and higher lows saat berada di atas moving average. Sebaliknya, harga membentuk lower lows dan lower highs saat berada di bawah moving average.

Indikator intensitas tren

Ada indikator lain yang dapat menjadi alat bantu yang efektif dalam menganalisis tren. Indikator ini disebut trend intensity index (TII) dan dikembangkan oleh M. H. Pee untuk mengukur kekuatan tren di pasar. Indeks ini membandingkan proporsi harga selama 30 hari sebelumnya yang berada di atas atau di bawah MA 60.

Perhitungannya didasarkan pada SMA 60 saat ini dan deviasi harian. Deviasi dihitung sebagai perbedaan antara harga penutupan dan rata-rata. Deviasi ke atas bernilai positif, sedangkan deviasi ke bawah bernilai negatif. Berikut rumus untuk indikator TII:

Trend Intensity Index (TII) = (total baik ÷ (total naik + total turun)) × 100

Indikator TII memiliki nilai antara 0 hingga 100. Jika TII di bawah 50, tren bersifat bearish. Jika mendekati 20, tren turun sangat kuat. Sebaliknya, jika TII di atas 50, tren bersifat bullish. Jika mendekati 80, tren naik sangat kuat. Anda dapat mengunduh indikator TII untuk MetaTrader 5 melalui situs resmi MQL5.

Pada grafik di atas, ketika harga sedang naik, indikator menunjukkan nilai di atas 80. Sebaliknya, saat harga turun, indikator jatuh di bawah 20. Kita juga dapat melihat bahwa meskipun tampak akurat, TII adalah indikator yang bersifat lagging. Hal ini terlihat pada sisi kanan kotak hijau: harga telah berbalik turun, tetapi indikator masih menunjukkan tren naik yang kuat. Oleh karena itu, Anda dapat menggunakannya sebagai alat tambahan untuk mengidentifikasi tren, bukan sebagai penyedia sinyal.

Garis tren dan pola grafik

Pola grafik memainkan peran penting dalam analisis teknis dan trading tren. Jika trader tren memiliki pengalaman dalam mengenali pola grafik, ini akan membantunya memprediksi pembalikan atau kelanjutan tren. Beberapa trader bahkan membangun seluruh sistem trading tren berdasarkan pola grafik. Mari kita lihat pola yang paling populer.

Head and Shoulders

Pola head and shoulders biasanya terbentuk di akhir tren naik. Polanya terdiri dari kepala (tengah), dua bahu (puncak kiri dan kanan), dan garis leher (neckline), yang menghubungkan titik terendah pola dan berfungsi sebagai level support. Neckline bisa berbentuk horizontal atau miring ke atas/bawah. Jika harga menembus neckline setelah membentuk bahu kedua, pola ini terkonfirmasi, menandakan awal tren turun. Pola ini membantu trader tren keluar dari posisi beli dan bersiap untuk pergerakan turun yang baru.

Sebaliknya, ada juga pola inverse head and shoulders, yang muncul di akhir tren turun dan mengindikasikan awal tren naik.

Double Top & Double Bottom

Pola Double Top terdiri dari dua puncak berturut-turut dengan ketinggian yang hampir sama dan jarak kecil di antaranya. Pola ini menandakan bahwa tren akan berubah dari naik menjadi turun. Sama seperti Head and Shoulders, Anda dapat menggambar neckline melalui titik terendah pola ini.

Ada juga pola Double Bottom, yang memprediksi potensi pembalikan ke arah atas.

Pola grafik kelanjutan tren

Trader yang ingin mengonfirmasi tren yang kuat dapat menggunakan pola kelanjutan tren ini. Ada pola segitiga (triangle), bendera (flag), panji (pennant), dan persegi panjang (rectangle). Dari semuanya, pola triangle dan flag adalah yang paling mudah dikenali.

Pola segitiga

Ada tiga jenis pola segitiga: naik (ascending), turun (descending), dan simetris (symmetrical).

  • Jika Anda menemukan pola ascending triangle, kemungkinan besar tren naik akan berlanjut.

  • Jika pola yang muncul adalah descending triangle, Anda perlu bersiap untuk tren turun.

  • Pada symmetrical triangle, tidak ada dominasi antara buyer (bull) dan seller (bear) di pasar.

Pola simetris

Pada gambar di atas, Anda dapat melihat contoh pola symmetrical triangle. Jika Anda membuka order di atas lower high dan di bawah higher low, Anda bisa mengikuti pergerakan pasar dengan akurat. Jangan lupa untuk membatalkan order yang lain setelah salah satu order berhasil.

Pola bendera

Pola bendera terbentuk ketika fase konsolidasi mengikuti pergerakan harga yang signifikan. Pola ini terdiri dari dua garis paralel dan tiang bendera (flagpole). Pola bullish flag muncul selama tren naik (lihat gambar di bawah). Sebaliknya, pola bearish flag mengindikasikan kelanjutan tren turun.

Seperti yang terlihat di atas, pola bullish flag adalah konfirmasi untuk momentum bullish yang berlanjut. Jika pola ini muncul di grafik, Anda perlu mempertahankan posisi beli.

Meski mengetahui pola grafik membantu trader, setup terbaik dalam trend trading tetap bergantung pada strategi yang komprehensif. Mari kita pelajari cara trading dengan strategi tren yang benar!

Panduan strategi trading

Ada banyak strategi trading berbasis tren, tetapi tidak semuanya memiliki aturan masuk yang jelas. Ada yang mengatakan, "buy low sell high", sementara yang lain hanya mengandalkan satu indikator (seperti RSI) tanpa mewajibkan stop loss.

Artikel ini akan memberikan contoh strategi yang efektif dengan aturan masuk yang mudah dan manajemen risiko yang tepat. Mari kita lihat setup yang diperlukan!

Setup strategi trading

Instrumen: Apa saja.

Rentang waktu: Daily atau H4 adalah yang paling cocok.

Indikator: SMA 200, 50, dan 20, serta ATR.

Aturan untuk posisi beli:

  1. Periksa tren utama. Harga harus berada di atas SMA 200 untuk membuka posisi beli.

  2. Tunggu harga menguji support dinamis antara SMA 20 dan SMA 50 sebanyak dua kali.

  3. Buka posisi pada harga penutupan candle bullish berikutnya setelah support diuji.

  4. Hitung stop loss sebagai 2 × ATR, lalu kurangi nilai tersebut dari titik masuk (entry).

  5. Tutup posisi ketika harga turun di bawah SMA 50.

Mari kita lihat contoh berikut. Pada grafik H4 EURUSD, pasangan ini bergerak di atas SMA 200 (garis coklat). Jadi, harga bergerak dalam tren naik. Setelah menyentuh SMA 20 (garis merah) untuk ketiga kalinya, cobalah untuk membuka posisi beli. Candle pertama setelah pengujian SMA 20 ditutup dalam warna hijau. Buka posisi beli pada harga penutupan candle tersebut di 1,2847. Setelah itu, hitung jarak stop loss dengan rumus: titik masuk dikurangi 2 × ATR:

Titik masuk: 1,2847

ATR: 0,0024

Stop loss = 1,2847 - 0,0048 = 1,2799

Setelah harga turun di bawah SMA 50 (garis kuning), posisi ditutup di harga 1.3250. Kami mendapatkan profit 4.030 poin.

Aturan masuk posisi jual:

  1. Periksa tren utama. Kita perlu melihat harga di bawah SMA 200-periode untuk membuka posisi jual.

  2. Tunggu harga menguji resistance dinamis antara SMA 20 dan SMA 50 sebanyak dua kali.

  3. Buka posisi pada harga penutupan candle bearish berikutnya setelah resistance diuji.

  4. Hitung stop loss sebagai 2 × ATR, lalu tambahkan nilai tersebut ke titik masuk.

  5. Tutup posisi ketika harga menembus di atas SMA 50.

Pada grafik EURUSD yang sama (H4), harga mulai bergerak di bawah SMA 200 (garis coklat). Setelah harga menyentuh SMA 20 (garis merah) untuk ketiga kalinya, buka posisi jual pada harga penutupan candle bearish di 1,5387. Stop loss dihitung sebagai 1.5387 + (2 × 0,00468) = 1,5481.

Ketika harga menembus di atas SMA 50 (garis kuning), tutup posisi di 1,4841, menghasilkan profit 5.460 poin.

Kesimpulan

Trading dengan trend following adalah strategi yang banyak digunakan dan dapat memberikan hasil yang memuaskan. Ikuti tren pasar dan manfaatkan pergerakannya dengan tepat untuk hasil optimal. Siapa tahu, mungkin Anda akan menjadi jutawan sekaligus trader terkenal berikutnya.

Trading sekarang

Bagikan dengan teman: